Promosikesehatan pada ibu melahirkan meliputi beberapa aspek yaitu: 1. Mengkaji Kesejahteraan Wanita Selama Persalinan. Ketika awitan persalinan spontan, biasanya wanita tersebutlah yang memulai perawatan, baik dengan meminta penolong kelahiran datang atau dengan melakukan atau dengan melakukan persiapan ke fasilitas kesehatan. Tanggung jawab
Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat vitamin B9 dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi. Malabsorpsi artinya tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac. Asam folat merupakan nutrisi yang penting untuk menjaga kesehatan agar menghindari kondisi ini. Fungsi asam folat yaitu untuk membentuk protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah merah dan membentuk DNA pada janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah risiko bayi terlahir mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly hingga 72 persen. 3. Anemia defisiensi vitamin B12 Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah. Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia pada ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya. Gangguan pencernaan seperti penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin B12 dengan baik. Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil jenis defisiensi vitamin B12. Gejala anemia pada ibu hamil Gejala anemia pada ibu hamil bisa tidak terlihat sehingga tak jarang diabaikan begitu saja. Namun, seiring bertambahnya usia kehamilan, gejalanya bisa semakin memburuk. Kenali dan waspadai gejala anemia pada ibu hamil di bawah ini. Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus Pusing Sesak napas Detak jantung cepat atau tidak teratur Sakit atau nyeri dada Warna kulit, bibir, dan kuku memucat Tangan dan kaki dingin Sulit berkonsentrasi Penyebab anemia pada ibu hamil Anemia merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, lebih rendah daripada batas normalnya. Melansir Mayo Clinic, kondisi ini juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena organ dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala. Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel darah. Beberapa kondisi kesehatan selain anemia seperti perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah. Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil Anemia dapat terjadi pada siapa pun, tapi ibu hamil termasuk orang yang paling rentan mengalaminya. Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah, zat besi, dan asam folat yang lebih banyak dari biasanya semasa kehamilan. Anemia juga berisiko pada ibu yang memiliki kondisi di bawah ini. Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak darah yang dibutuhkan. Dua kali hamil dalam waktu berdekatan. Muntah dan mual di pagi hari morning sickness. Hamil di usia remaja. Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat. Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil. Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin Penyakit yang sering disebut dengan istilah kurang darah ini bukanlah kondisi yang bisa sembuh dengan sendirinya. Apabila jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu sedikit, ibu dan janin dapat kekurangan gizi dan oksigen yang akan membahayakan keselamatan mereka. Anemia yang parah saat trimester pertama dilaporkan dapat meningkatkan berbagai masalah di bawah ini. Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan Bayi lahir prematur Memiliki berat badan rendah saat lahir BBLR Nilai APGAR score yang rendah Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan kerusakan organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian. Selain itu, anemia dikaitkan dengan risiko keguguran meski belum benar-benar ada penelitian valid yang bisa memastikannya. Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan akan memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama melahirkan. Kondisi yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah Kapan saat yang tepat untuk ibu hamil menerima transfusi darah? Anemia dikatakan masuk stadium berat dan perlu dibawa ke UGD ketika kadar Hb kurang dari 7 g/dL. Ibu hamil dengan kadar Hb sekitar 6 – 10 g/dL juga direkomendasikan mendapatkan transfusi darah segera apabila memiliki riwayat perdarahan postpartum atau gangguan hematologis sebelumnya. Transfusi dibutuhkan apabila anemia menyebabkan kadar Hb ibu hamil turun drastis hingga di bawah 6 g/dL dan Anda akan melahirkan kurang dari 4 minggu. Target transfusi pada ibu hamil secara umum adalah Hb > 8 g/dL Trombosit > /uL Prothrombin time PT 1,0 g/l Namun yang harus diingat, keputusan dokter untuk melakukan transfusi darah tidak semata-mata hanya dengan melihat kadar Hb pada ibu hamil normal atau tidak normal saja. Jika menurut dokter kehamilan Anda stabil alias tidak berisiko meski kadar Hb kurang dari 7 g/dL, Anda tidak memerlukan transfusi darah. Hal tersebut dikutip dari Joint United Kingdom Blood Transfusion and Tissue Transplantation Services Professional Advisory Committee JPAC. Cara mendiagnosis anemia pada ibu hamil Risiko anemia dalam kehamilan dapat dicari tahu lewat tes darah saat cek kandungan saat trimester pertama. Tes ini juga sangat disarankan bagi setiap ibu hamil yang berisiko atau tidak pernah menunjukkan gejala anemia pada awal kehamilannya. Tes darah biasanya meliputi tes hemoglobin mengukur jumlah Hb dalam darah dan tes hematokrit mengukur persentase sel darah merah per sampel. Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu hamil dikatakan memiliki anemia jika kadar hemoglobinnya Hb pada trimester pertama dan ketiga kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya Hct kurang dari 33 persen. Sementara anemia di trimester kedua terjadi ketika kadar Hb kurang dari 10,5 g/dL atau Hct kurang 32 persen setelah dites. Dokter Anda mungkin akan perlu menjalankan tes darah lain untuk memastikan apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau karena penyebab lain. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb. Idealnya satu kali saat pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua dan sekali lagi pada trimester ketiga. Ini untuk mengetahui apakah Anda mengalami anemia yang kerap terjadi pada ibu hamil. Dokter kandungan nantinya mungkin juga merujuk Anda ke ahli hematologi dokter spesialis masalah dan penyakit darah. Hematolog dapat membantu mengendalikan anemia. Cara mengatasi anemia pada ibu hamil Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan. 1. Makan makanan bernutrisi khusus Dokter mungkin menyarankan agar Anda mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi, khususnya yang kaya zat besi dan asam folat setiap hari. Mulanya Anda hanya akan membutuhkan tambahan 0,8 mg zat besi per hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester ketiga. Sementara itu, peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya berkisar dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung anjuran dokter. Melansir American Pregnancy Association, di bawah ini merupakan makanan tinggi zat besi untuk mengatasi anemia pada ibu hamil. Daging sapi atau unggas rendah lemak yang dimasak matang Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang Telur yang dimasak matang Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung Kacang polong Produk susu yang telah dipasteurisasi Kentang Gandum Sementara itu, di bawah ini merupakan makanan tinggi folat untuk anemia pada ibu hamil. Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau, atau selada Keluarga jeruk Alpukat, pepaya, pisang Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau Biji bunga matahari kuaci Gandum Kuning telur 2. Mengonsumsi vitamin C lebih banyak Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi sayur dan buah tinggi vitamin C, seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, kembang kol, tomat, dan paprika. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan secara lebih efisien. Kebutuhan vitamin C harian juga dapat dipenuhi dengan minum suplemen vitamin C, tetapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter agar pengobatan terkontrol dengan baik. Namun, mencukupi asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak akan cukup buat ibu hamil. Maka, Anda perlu melakukan langkah selanjutnya untuk mengurangi risiko. 3. Minum suplemen Sebagai langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil, dokter akan menyarankan Anda untuk mulai minum suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat sebagai tambahan vitamin prenatal. Ibu hamil juga bisa minum suplemen sebelum tidur untuk mengurangi risiko mual setelahnya. Jangan lupa minum banyak air setelah menelan vitamin untuk mengurangi anemia pada wanita hamil. CDC merekomendasikan ibu hamil yang memiliki anemia untuk mengonsumsi suplemen besi sebanyak 30 mg per hari sejak cek kandungan pertama kali untuk mencegah anemia defisiensi besi. Sementara untuk suplemen folat anemia pada wanita hamil, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan minum dosisnya sebanyak 400 mcg/hari. Sebaiknya hal ini dilakukan sesegera mungkin begitu akan merencanakan kehamilan dan terus berlanjut hingga 3 bulan setelah melahirkan. Cara mencegah anemia pada ibu hamil Melansir Maternal and Child Health Integrated Program, salah satu cara efektif mencegah anemia pada ibu hamil yaitu mengonsumsi suplemen zat besi. Simak pencegahan anemia saat hamil yang dapat mulai dilakukan dengan mengatur pola makan menjadi lebih baik di bawah ini. Mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi daging, ayam, ikan, telur, dan gandum. Memakan makanan yang kaya akan asam folat kacang kering, gandum, jus jeruk, dan sayuran hijau. Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C buah dan sayur yang segar. Perhatikan juga bahwa zat besi dari sumber makanan hewani, seperti daging, dapat terserap tubuh lebih baik dibanding zat besi dari sayuran atau buah.
Dalammakalah ini penulis membahas mengenai penyakit yang biasa bahkan sering kali dijumpai pada kehidupan sehari hari khususnya pada ibu hamil yaitu penyakit anemia serta membahas tentang penyebab,proses perjalanan penyakit tersebut serta cara mengurangi resiko dari anemia tersebut khususnya pada ibu hamil Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sehingga dapat membantu menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi pembaca.
Makalah anemia pada ibu hamil KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan IV Patologi. Adapun makalah ini mengenai Anemia pada kehamilan, Hiperemesis Gravidarum, Abortus, Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi D-III Akademi Kebidanan STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR. Akhirkata melalui kesempatan ini kami, penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih. Makassar, 31 Mei 2014 Penyusun BAB I PENDAHULUAN Anemia pada ibu hamil disebabkan tubuh memproduksi banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi jika tidak mendapatkan zat besi yang cukup maka atau gizi yang lain tertentu tubuh tidak akan mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan sel darah merah. Mual nausea dan muntah emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primigravida dan 40 – 60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG Human Chorionic Gonadrotropin dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. Prawirohardjo, 2002. Abortus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang tidak mampu hidup di dunia luar dengan masa gestasi < 20 minggu dengan berat <500 gram. Molahidatidosa atau hamil anggur adalah suatu bentuk tumor jinak yang dari sel - sel trofoblas yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari - ari janin. Hasil pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung - gelembung menyerupai buah anggur. Kehamilan Ektopik Terganggu adalah proses kehamilan dimana ovum atau sel telur berimplantasi di luar rahim yaitu di tuba fallopi. BAB II KOMPLIKASI PADA TRIMESTER I DAN II Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke jaringan. Selama kehamilan, tubuh memproduksi lebih banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi atau zat gizi lain tertentu, tubuh mungkin tidak mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan darah. Adalah normal bagi ibu hamil menderita anemia ringan dalam kehamilannya. Tapi beberapa orang mungkin mengalami anemia yang lebih serius akibat dari rendahnya kadar zat besi atau vitamin atau dari alasan lainnya. Anemia dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur. Berikut akan dipaparkan mengenai apa yang perlu kita ketahui tentang penyebab, gejala, dan pengobatan anemia selama kehamilan 1. Jenis Anemia Selama Kehamilan Beberapa jenis anemia dapat terjadi selama kehamilan, diantaranya adalah a. Anemia defisiensi zat besi Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Hemoglobin merupakan salahsatu protein dalam sel darah merah, dan ia membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Dalam anemia defisiensi zat besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan tubuh. Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan. b. Anemia defisiensi folat Folat biasa juga disebut asam folat, termasuk dalam kelompok vitamin B. Tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat. Selama kehamilan, wanita membutuhkan folat tambahan. Tapi kadang-kadang mereka tidak mendapatkan cukup dari makanannya. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang normal yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Kekurangan folat bisa langsung berkontribusi terhadap beberapa jenis cacat lahir. c. Anemia defisiensi vitamin B12. Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang wanita hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan, tubuhnya tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat. Wanita yang tidak mengonsumsi daging, unggas, produk susu, dan telur memiliki resiko lebih besar terkena kekurangan vitamin B12, yang dapat berkontribusi untuk cacat lahir. Kehilangan darah selama dan setelah melahirkan juga dapat menyebabkan anemia. 2. Faktor Resiko Anemia pada Kehamilan Semua wanita hamil beresiko untuk menderita anemia karena mereka memerlukan lebih banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Tapi resiko akan lebih tinggi dalam situasi berikut a. Hamil dengan lebih dari satu anak kembar b. Dua kehamilan berdekatan c. Muntah banyak karena morning sickness e. Tidak makan cukup makanan yang kaya zat besi f. Mengalami masa berat sebelum hamil fisik dan psikis 3. Gejala Anemia Selama Kehamilan Gejala yang paling umum dari anemia selama kehamilan adalah a. Kulit, bibir dan kuku pucat b. Merasa lelah atau lemah e. Detak jantung yang cepat Pada tahap awal, anemia mungkin tidak memiliki gejala yang jelas. Dan banyak diantara gejala yang dirasakan sering terjadi di masa kehamilan. Jadi, pastikan ibu hamil untuk mendapatkan tes darah rutin ketika melakukan pemeriksaan kehamilan, agar anemia dapat terdeteksi sedini mungkin. 4. Resiko Anemia pada Kehamilan Anemia kekurangan zat besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan resiko a. Bayi prematur atau berat lahir rendah b. Transfusi darah jika kehilangan sejumlah besar darah selama persalinan c. Depresi pasca melahirkan Defisiensi folat yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko a. Bayi prematur atau berat lahir rendah b. Bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang belakang atau otak neural tube defects Yang tidak diobati kekurangan vitamin B12 juga dapat meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf neural tube defects. 5. Pemeriksaan untuk Anemia Selama pemeriksaan kehamilan yang pertama, sang ibu akan mendapatkan pemeriksaan darah yang dapat membantu dokter atau bidan memeriksa apakah ia mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan darah biasanya meliputi a. Pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan ini bertujuan mengukur jumlah hemoglobin - protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke jaringan tubuh. b. Pemeriksaan Hematokrit Pemeriksaan ini mengukur persentase sel darah merah dalam sampel darah. Jika ibu hamil memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit lebih rendah dari tingkat normal, ia mungkin mengalami anemia kekurangan zat besi. Dokter juga mungkin akan memeriksa tes darah lainnya untuk menentukan apakah ia mengalami anemia karena kekurangan zat besi atau penyebab lain. Bahkan jika seorang ibu hamil tidak menderita anemia pada awal kehamilan, dokter atau bidan kemungkinan besar akan tetap merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah pada trimester kedua atau ketiga untuk mendeteksi anemia di tahap kehamilan selanjutnya. 6. Pencegahan Anemia pada Kehamilan Untuk mencegah anemia selama kehamilan, pastikan wanita hamil mendapatkan cukup zat besi. Makan makanan yang seimbang dan tambahkan lebih banyak makanan yang tinggi zat besi ke dalam makanan. Targetkan setidaknya tiga porsi sehari makanan kaya zat besi, seperti a. Daging merah, unggas, dan ikan b. Sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam, brokoli, dan kale c. Sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian d. Kacang-kacangan, lentil, dan tahu e. Kacang-kacangan dan biji-bijian Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Makanan tersebut termasuk Cobalah makan makanan tersebut pada saat yang bersamaan ketika makan makanan kaya zat besi. Misalnya, sang ibu bisa minum segelas jus jeruk dan mengonsumsi sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan. Selain itu, pilihlah makanan yang tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi folat. Makanan kaya asam folat termasuk c. Roti diperkaya dan sereal Ikuti petunjuk dokter atau bidan untuk mengonsumsi vitamin prenatal mana yang mengandung jumlah yang cukup asam besi dan folat. Vegetarian dan vegan harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang apakah mereka harus mengambil suplemen vitamin B12 ketika mereka sedang hamil dan menyusui. Jika seorang ibu hamil mengalami anemia selama kehamilannya, ia mungkin perlu untuk mulai mengonsumsi suplemen zat besi dan/atau suplemen asam folat di samping vitamin prenatal lainnya. Dokter atau bidan mungkin juga akan menyarankan untuk menambahkan lebih banyak makanan yang tinggi asam folat dan zat besi dalam makanannya. Selain itu, sang ibu akan diminta untuk kembali melakukan pemeriksaan darah setelah jangka waktu tertentu sehingga dokter atau bidan dapat memeriksa bahwa hemoglobin dan kadar hematokrit membaik. Untuk mengobati kekurangan vitamin B12, dokter atau bidan mungkin menyarankan agar mengonsumsi suplemen vitamin B12. Dokter mungkin juga menyarankan untuk menyertakan makanan hewani lebih dalam makanan, seperti B. HIPEREMESIS GRAVIDARUM Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk akibat dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald 1938-1953 melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor resiko untuk terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga. Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kasus hiperemesis gravidarum di Canada diketahui beberapa hal yang menjadi faktor resiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah sebagai berikut adalah mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak. Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum. Menurut Goodwin, dkk. 1994 dan Van de Ven 1997, hiperemesis nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu, pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis. Namun adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori sebagai penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti. Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari Chemoreceptor Trigger Zone CTZ pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer membypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen. Ketika pusat muntah sudah cukup terangsang akan timbul efek b. terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong sfingter krikoesofagus terbuka d. terangkatnya palatum mole untuk menutup nares posterior. Berikutnya timbul kontraksi yang kuat dari otot abdomen yang dapat menimbulkan tekan intragastrik yang meninggi. Akhirnya sfingter esofagus mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan pengeluaran isi lambung. Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung Mallory-Weiss Syndrom, dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor biologis, psikologi dan sosiokultural. Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan hiperemesis gravidarum diantaranya Wanita dengan hiperemesis gravidarum biasanya memiliki kadar Human Chorionic Gonadotrophine HCG yang tinggi. Secara fisiologis HCG dapat merangsang reseptor Thyroid Stimulating Hormones TSH sehingga menyebabkan terjadinya transient hyperthyroidism. Pada 50-70% kasus terdapat penurunan kadar TSH dan pada 40-73% kasus terjadi peningkatan kadar FT4, namun perubahan kadar ini tidak selalu diikuti dengan gejala klinis hipertiroid ataupun pembesaran kelenjar tiroid. Semakin besar peningkatan konsentrasi HCG maka akan diikuti oleh peningkatan kadar FT4 yang semakin tinggi dan penurunan kadar TSH. Pada beberapa kasus hiperemesis, peneliti menemukan korelasi positif antara beratnya keluhan mual dan muntah dengan tingkat stimulasi tiroid. Namun demikian teori ini masih kontroversial karena belum banyak didukung oleh hasil penelitian yang lain. Beberapa studi menghubungkan tingginya kadar estradiol terhadap beratnya mual dan muntah pada wanita hamil, sementara yang lain menemukan tidak adanya korelasi antara kadar estrogen dengan beratnya mual dan muntah pada wanita hamil. Intoleransi terhadap kontrasepsi oral terkait dengan mual dan muntah dalam kehamilan. Progesteron juga mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan aktivitas otot polos, tetapi penelitian gagal untuk menunjukkan keterkaitan antara kadar progesteron dan gejala mual muntah pada wanita hamil. Namun demikian dipercaya bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung. Sementara itu peningkatan kadar hormon progesteron akan menurunkan motilitas usus sehingga memicu mual dan muntah. Pada hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, abnormalitas saraf simpatik, dan gangguan sekresi vasopressin sebagai respon terhadap perubahan volume intravaskular. Semua ini pada akhirnya mempengaruhi peristaltik lambung sehingga menimbulkan gangguan motilitas lambung. Pada penderita hiperemesis gravidarum biasanya saluran gastrointestinal lebih sensitif terhadap perubahan saraf / humoral. Peningkatan kadar serum transaminase secara ringan terjadi pada hampir 50% dari pasien dengan hiperemesis gravidarum. Gangguan Fatty Acid Oxidation FAO mitokondria telah berperan dalam patogenesis ibu hamil dengan gangguan hati terkait dengan hiperemesis gravidarum. Ibu hamil dengan defek FAO heterozigot dapat berkembang menjadi hiperemesis gravidarum yang terkait dengan gangguan hati dengan defek FAO pada fetusnya sebagai akibat akumulasi asam lemak di dalam plasenta dan generasi berikutnya dari spesies oksigen reaktif. Atau, mungkin, kelaparan menyebabkan lipolisis perifer dan meningkatkan beban asam lemak dalam sirkulasi ibu-fetus, dikombinasikan dengan penurunan kapasitas mitokondria untuk mengoksidasi asam lemak pada ibu dengan defek FAO heterozigot, juga dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan cedera hati saat fetus tidak mengalami defek FAO. Perubahan kadar lemak Jarnfelt-Samsioe et al menemukan kadar yang lebih tinggi dari trigliserida, kolesterol total, dan fosfolipid pada wanita dengan hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak muntah dan kontrol. Hal ini mungkin terkait dengan kelainan pada fungsi hepatik pada wanita hamil. Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam perut yang dapat memperburuk mual dan muntah dalam kehamilan. Penelitian telah menemukan bukti yang bertentangan dengan peranan dalam hiperemesis gravidarum. Penelitian terbaru di Amerika Serikat belum menunjukkan asosiasi dengan hiperemesis gravidarum. Namun, mual dan muntah yang menetap di luar trimester kedua mungkin disebabkan oleh ulkus peptikum aktif yang disebabkan oleh infeksi 3. Vestibular dan penciuman. Sistem penciuman yang tajam kemungkinan merupakan faktor yang ikut berperan terhadap mual dan muntah selama kehamilan. Banyak ibu hamil melaporkan bau makanan yang dimasak, terutama daging, sebagai pemicu untuk mual. Kesamaan antara hiperemesis gravidarum dengan motion sickness menunjukkan petanda dari gangguan vestibular subklinis dan dapat menjelaskan beberapa kasus hiperemesis gravidarum. Hipotesis faktor psikologik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu a. Teori psikoanalisis yang menerangkan hiperemesis merupakan sebuah kelainan konversi atau somatisasi b. Ketidakmampuan ibu untuk merespon stres kehidupan yang berlebihan. c. Meningkatnya penerimaan ibu terhadap kondisi tertentu. Beberapa kasus hiperemesis gravidarum menunjukkan adanya kelainan psikiatri, termasuk sindrom Munchausen, gangguan konversi atau somatization, atau depresi berat. Hal ini mungkin terjadi dibawah situasi stres atau ambivalensi sekitar kehamilan. Tampaknya respon fisiologi dapat berinteraksi dan memperburuk fisiologi mual dan muntah selama kehamilan. Kemungkinan besar, perubahan-perubahan fisiologis yang berhubungan dengan kehamilan berinteraksi dengan fisiologi wanita pada setiap negara dan nilai-nilai budaya. Namun demikian, hiperemesis gravidarum dapat timbul tanpa disertai adanya kelainan psikiatri. Gejala dan Tanda Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu 1. Tingkat I. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung. 2. Tingkat II. Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. 3. Tingkat III. Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri. Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, Ultra Sonographic USG pemeriksaan penunjang dasar, analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa. Keguguran diartikan sebagai keluarnya janin atau persalinan prematur sebelum mampu untuk hidup. Resiko keguguran memiliki persentase sebesar 15% - 40% dari ibu hamil, dan 60-75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan. 2. Penyebab Terjadinya Keguguran Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keguguran adalah a. Adanya kelainan pada janin yang disebabkan kelainan kromosom, yang terjadi saat berlangsungnya proses pembuahan. Akibatnya, embrio yang terbentuk cacat dan dikeluarkan tubuh. b. Adanya kelainan pada ibu, seperti kelainan pada sisterm hormonal bisa hormon prolaktin yang terlalu tinggi atau progesteron yang terlalu rendah, sistem kekebalan tubuh, infeksi menahun, dan penyakit berat yang diderita si ibu hamil. c. Adanya kelainan pada rahim. Kelainan yang paling umum terjadi adalah adanya miom tumor jaringan otot yang dapat mengganggu pertumbuhan embrio. kelainan lain yaitu rahim terlalu lemah sehingga tidak mampu menahan berat janin yang sedang berkembang. Kehamilan dalam rahim yang terlalu lemah biasanya hanya mampu bertahan hingga akhir trimester pertama. Penyebab lain adalah infeksi, seperti terkena virus TORCH, HIV, Hepatitis dll. Keguguran juga dapat diakibatkan oleh gaya hidup. Wanita yang cenderung merokok, mengkonsumsi minuman keras, obesitas atau berat badan kurang dapat memiliki gangguan hormon yang berakibat gangguan kehamilan Kram biasa umumnya normal dialami wanita hamil. Tapi meski begitu, tetap perlu berhati-hati jika kram disertai dengan napas berat. Atau kram berat dan pendarahan, ibu harus pergi ke dokter segera. Meskipun banyak wanita mengalami bercak selama kehamilan, namun perdarahan berat menunjukkan tanda-tanda keguguran. Situasi ini juga membutuhkan perhatian medis segera. Rasa sakit yang tajam di perut adalah tanda keguguran pada awal kehamilan. Rasa sakit bahkan bisa menyebar dan bisa dirasakan di daerah punggung bawah atau panggul. Ketika bekuan darah melewati vagina pada masa awal kehamilan, itu adalah tanda keguguran. Janin biasanya mulai bergerak pada bulan keempat kehamilan. Jadi jika gerakannya telah berhenti, dan tidak ada pengembangan lebih lanjut, bisa jadi itu tanda keguguran. Sekitar 10-15 persen keguguran terjadi pada trimester kedua dan ini mungkin karena masalah anatomi rahim atau rahim melemah dan tidak bisa menahan perubahan hormonal, infeksi atau masalah kesehatan dengan ibu, keguguran juga disebabkan oleh kebiasaan gaya hidup tidak sehat seperti ibu merokok, malnutrisi, penggunaan narkoba, usia ibu dan sebagainya. 4. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU Kehamilan ektopik atau juga dikenal sebagai kehamilan di luar kandungan merupakan suatu kondisi kehamilan dimana sel telur yang sudah dibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim ibu, namun melekat ada tempat yang lain atau berbeda yaitu di tempat yang dikenal dengan nama tuba falopi atau saluran telur, di leher rahim, dalam rongga perut atau di indung telur. Atau dengan kata lain, kehamilan ektopik merupakan suatu kondisi dimana sel telur yang telah dibuahi mengalami implantasi pada tempat selain tempat seharusnya yaitu uterus. Jika sel telur yang telah dibuahi menempel pada saluran telur, hal ini akan menyebabkan bengkaknya atau pecahnya sel telur akibat pertumbuhan embrio. Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiarkan kondisi ini sangat berbahaya dan mampu mengancam nyawa ibu, hal ini disebabkan oleh perdarahan dalam rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Dalam kasus kehamilan ektopik, janin memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat bertahan hidup. Namun di sejumlah kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, kehamilan dan janin bisa bertahan hingga masa persalinan dan jika persalinan dilakukan dengan cara caesar, maka ada harapan serta kemungkinan bayi untuk dapat bertahan hidup. 2. Penyebab Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal, dan yang paling sering adalah disebabkan adanya infeksi pada saluran falopi tuba falopi - fallopian tube. Kehamilan ektopik besar kemungkinan terjadi pada kondisi a. Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya terdapat riwayat kehamilan ektopik b. Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi c. Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol DES selama masa kehamilan d. Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital e. Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual PMS seperti gonorrhea, klamidia dan PID pelvic inflamamtory disease 3. Gejala Kehamilan Ektopik Pada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan mengalami gejala a. Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu sisinya dan biasanya terjadi dengan tiba-tiba b. Mengalami kondisi perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi atau menstruasi yang tidak biasa c. Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian bawah d. Ibu hamil mengalami pingsan 4. Gejala tahap lanjut pada kehamilan ektopik a. Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering b. Gejala lainnya adalah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat c. Adanya tekanan darah rendah hipotensi d. Terjadinya denyut nadi yang meningkat Kehamilan ektopik biasanya sangat sulit di diagnosa oleh dokter karena gejala dan tanda kehamilan ektopik juga biasanya terjadi pada kehamilan normal. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi terjadinya kehamilan ektopik, yaitu dengan cara a. Menggunakan USG ultrasonography. Melalui USG dokter dapat mendeteksi kehamilan ektopik karena tuba falopi terdeteksi mengalami kerusakan dan terjadinya perdarahan atau terdeteksi di luar uterus terdapat embrio b. Melalui pengukuran terhadap kadar HCG Human Chrionic Gonadotopin atau hormon kehamilan. Ibu hamil yang mengalami ektopik biasanya kadar HCG-nya tidak mengalami peningkatan. c. Dilakukannya pembedahan dengan sayatan kecil di bagian bawah perut laparoskopi Dokter akan selalu membatalkan kondisi kehamilan ektopik dengan cara pemberian obat-obatan untuk menahan perkembangan embrio. Efek jangka panjang akan dapat terhindarkan jika kehamilan ektopik dapat terdekteksi sejak dini. Hal ini dapat ditangani dengan pemberian obat suntik agar dapat diserap oleh tubuh ibu hamil, dapat menyebabkan kondisi tuba falopi masih dalam keadaan utuh. Jika kondisi serius seperti jika tuba falopi telah mengembang, maka dokter akan melakukan operasi. Pada kasus Hamil Anggur atau secara medis disebut Molahidatidosa proses kehamilan mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal. Dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung - gelembung yang berbentuk bergerombol menyerupai buah anggur. Seiring kemajuan tekhnologi untuk pemeriksaan kehamilan melalui alat - alat modern seperti USG kandungan, pada masa sekarang ini terutama di kota besar kejadian Hamil anggur mulai jarang ditemukan. Dengan alat USG dokter dapat segera mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Sebagai contoh pada kehamilan dengan Bligted Ovum Kantung kehamilan yang kosong tak berisi janin . Meskipun demikian masih juga kita temukan beberapa kasus hamil anggur, seringkali kiriman dari daerah akibat keterlambatan diagnosa dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala hamil anggur tersebut. Hamil anggur atau Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel - sel trofoblas yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari - ari janin Hasil pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung - gelembung menyerupai buah anggur. Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa tampak cepat besar . Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis di sebut ” Snow storm”. Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan seksual. Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekononi yang rendah , kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran darah dalam rahim. Pada umumnya tanda kehamilan test urine positif hamil. Ibu mengeluh ada bercak perdarahan berulang - ulang bahkan bisa menagkibatkan penurunan kadar sel darah merah ibu anemia , tanda dan gejala yang molahidatidosa ini adalah a. Ibu hamil dengan Molahidatidosa juga mengeluh mual muntah yang berlebihan bahkan hingga pada kondisi keracunan kehamilan toksemia gravidarum . Mual dan muntah ini akibat tingginya kadar hormon HCG Hormon Chorionik Gonadotropin dalam tubuh ibu. b. Perut ibu semakin membesar tetapi ibu tidak merasakan gerakan - gerakan janin dalam kandungannya. c. Besarnya perut ibu hamil melebihi besar perut ukuran usia hamil yang seharusnya. d. Pada keadaan lanjut gelembung hamil anggur ikut keluar bersamaan dengan keluarnya darah dari dalam rahim Namun demikian memperhatikan gejala gejala diatas tidaklah cukup. Karena pada keadaan kehamilan dengan kondisi kehamilan kembar, Keguguran , dan adanya penyakit keganasan pada ari ari juga menunjukkan salah satu atau sebagian dari tanda tersebut diatas. Bila ibu hamil menemukan atau mengalami salah satu tanda tersebut diatas jangan langsung cemas. Periksakan dulu pada dokter dan bidan. Belum tentu hamil anggur. 4. Pengobatan Molahidatidosa Dari berbagai literatur disebutkan bila pemantauan sulit dari jangkauan tenaga kesehatan beberapa ibu hamil dengan kasus kehamilan Molahidatidosa ini ada yang mendapat terapi pengobatan juga dengan pil setelah kuretase. Namun demikian pada ibu hamil dengan keadaan Molahidatidosa harus berupaya teratur kontrol agar tidak berkembang menjadi penyakit kanker atau sel sel jinak berubah ganas. Beberapa efek samping yang dapat timbul pada pemberian obat minum Metotreksat profilaksis adalah sariawan, mual, muntah, diare , kulit kemerahan juga kerontokan rambut, kadar Hb menurun dsb. Oleh karena itu paling penting kontrol secara teratur. Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembung - gelembung hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang beberapa kali tergantung kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar hormon HCG dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh - sungguh bersih. Pada keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan tindakan pengangkatan rahim, namun keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki. Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan. BAB III PENUTUP Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Resiko keguguran memiliki persentase sebesar 15% - 40% dari ibu hamil, dan 60 75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan. Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiarkan kondisi ini sangat berbahaya dan mampu mengancam nyawa ibu, hal ini disebabkan oleh perdarahan dalam rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Pada kasus Hamil Anggur atau secara medis disebut Molahidatidosa proses kehamilan mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal. Dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung - gelembung yang berbentuk bergerombol menyerupai buah anggur. Penyusun berharap sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang masalah yang terdapat selama kehamilan trimester I dan II serta dapat menangani kasus tersebut.
Anemiapada ibu hamil bisa terjadi akibat kekurangan vitamin B12 atau kekurangan zat besi. Anemia Defisiensi Vitamin B12; Kekurangan sel darah merah dalam tubuh bisa jadi akibat asupan vitamin B12 yang kurang. Ketika dalam keadaan hamil, seorang ibu yang tidak mendapatkan asupan vitamin B12 cukup maka tubuhnya tidak akan mampu mencukupi
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Anemiapada ibu hamil adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua. Pada ibu hamil yang tidak mengalami defisiensi zat nutrisi seperti besi atau folat, penurunan kadar
Anemia disebabkan karena kurangnya jumlah sel darah merah sehat untuk menghantarkan oksigen ke jaringan dan janin, anemia dapat diketahui bila kadar Hb < 11 mg. Jenis penelitian yang di gunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional dan dikumpulkan dengan menggunakan kusioner dengan jumlah sampel sebanyak 158 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, hubungan asupan makanan, dan hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan anemia p=0,009, ada hubungan asupan makanan dengan anemia p=0,004, dan ada hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan anemia p=0,004. Disarankan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kandungannya dengan cara menjaga asupan makanannya dan rutin mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan berlangsung, karena berpengaruh pada kesehatan serta tumbuh kembang janin. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol. 1, No. 1, Agustus 2019, pp 8-17 Https// Http jika Penerbit LPPM Akademi Keperawatan Yapenas 21 Maros Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Studi Analitik di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Anemia Event in Pregnant Women Analytical Study at Pertiwi Health Center in Makassar, South Sulawesi Hariati1, Andi Alim2*, Ali Imran Thamrin3 1,2,3Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pejuang Republik Indonesia Abstract Anemia is caused by the lack number of red blood cells to distribute oxygen to system and fetus, anemia can be known if the content of Hb < 11 mg. The purpose of this research was to find out the relation of nutrition knowledge, food supply, and obedience in consuming Fe tablet with anemia in Pertiwi Health Center South Sulawesi Province. The type of research used was analytical survey with cross sectional design and collected using questionnaire with total samples of 158 people. The result of this research showed that there was relation of knowledge and anemia p=0,009, there was relation of food supply and anemia p=0,004, and there is relation of obedience in consuming Fe tablet with anemia p=0,004. It is suggested to pregnant mother to always pay attention to the fetus by maintaining the food supply and routinely consume Fe tablets during pregnancy, because it affects the fetus health, growth and development. Keywords anemia, knowledge, food supply, Fe tablet. Abstrak Anemia disebabkan karena kurangnya jumlah sel darah merah sehat untuk menghantarkan oksigen ke jaringan dan janin, anemia dapat diketahui bila kadar Hb < 11 mg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, asupan makanan, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional dan dikumpulkan dengan menggunakan kusioner dengan jumlah sampel sebanyak 158 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan anemia p=0,009, ada hubungan asupan makanan dengan anemia p=0,004, dan ada hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan anemia p=0,004. Disarankan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kandungannya dengan cara menjaga asupan makanannya dan rutin mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan berlangsung, karena berpengaruh pada kesehatan serta tumbuh kembang janin. Kata Kunci anemia, pengetahuan, asupan makanan, tablet Fe *Korespondensi Andi Alim, Email andi_alimbagu Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 9 PENDAHULUAN Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani selalu rileks dan tidak stress. Wanita hamil biasanya sering mengeluh, sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat, dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang anak janin dalam rahim Manuaba, 2002. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin Hb < 11 gr% pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia kehamilan di sebut “potentional danger to mother and child” potensi membahayakan ibu dan anak, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan Bobak, 2005; Manuaba, 2010. Penyebab anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi dalam tubuh. Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah eritrosit meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga penurunan konsentrasi hemoglobin Hb akibat hemodilusi Cunninggham et al, 2013; Winkjosatro H, 2009. Pengaruh anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok. Hal tersebut berkaitan dengan banyak faktor yang berpengaruh antara lain status gizi, umur, pendidikan dan pekerjaan Sarwono Prawirohardjo, 2005. Sedangkan pengaruh anemia terhadap hasil kosepsi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian janin waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas dan cacat bawaan Assis Z et al, 2014. Hasil penelitian Ridayanti 2012 menyebutkan bahwa ibu hamil primigravida yang mengalami anemia kehamilan sebesar 44,6% sedangkan ibu multigravida yang mengalami anemia kehamilan sebesar 12,8%. Hal tersebut disebabkan ibu primigravida belum mempunyai pengalaman untuk menjaga kesehatan kehamilan dari kehamilan sebelumnya karena baru pertama kali hamil Farsi et al, 2011. Beberapa pengaruh yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya tingkat pengetahuan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ridayanti 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil, hal tersebut disebabkan karena tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kesadaran untuk berprilaku hidup sehat dan membentuk pola pikir yang baik sehingga ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi dan memiliki pengetahuan yang memadai Popa et al, 2013. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang hubungan konsumsi makanan dengan kesehatan tubuh. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi baik diharapkan dapat memilih asupan makanan yang bernilai gizi baik dan seimbang bagi dirinya sendiri beserta janin dan keluarga, dengan pengetahuan gizi yangcukup dapat membantu Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 10 seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah serta menggunakan bahan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi menurut kebutuhannya Hastuti, 1996. Asupan makanan adalah semua makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Umumnya asupan makanan dipelajari untuk dihubungkan dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informas ini dapat digunakan untuk peencanaan pendidikan gizi khsusunta untuk menyusu menu atau intervesi untuk meningkatkan sumber daya manusia SDM, mulai dari keadaaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetahui asupan makanan suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu cara untuk menduga keadaan gizi kelompok mayarakat atau individu bersangkutan Sumarno et al, 1997. Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mh sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan Naibaho, 2011. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,8 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi Kemenkes RI, 2013. Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. Hal ini disebebkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300-350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil Saribu, 2006. World Health Organization WHO pada tahun 2012 melaporkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia berkisar rata-rata 14%, di negara industri 56% dan di negara berkembang antara 35%-75%. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5 % dan pada tahun 2013 sebesar 37,1%. Sementara Sistem Kesehatan Nasional SKN tahun 2012 menunjukkan bahwa angka ibu hamil dengan anemia di Indonesia yaitu sebesar 40%. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2013 menuliskan bahwa terdapat 28,1% penderita anemia pada ibu hamil. Presentase anemia pada ibu hamil di Kota Makassar sebesar 25,5% dan di Puskesmas Pertiwi Makassar sebesar 30% Kemenkes RI 2007, 2013; Puskesmas Pertiwi, 2017; WHO 2012. Karena masalah anemia pada ibu hamil merupakan masalah penting yang erat hubungannya dengan masalah mortalitas maternal, maka penting untuk dilakukannya suatu identifikasi mengenai gambaran karakteristik anemia pada ibu hamil yang dibatasi pada masalah paritas dan status gizi. Oleh karena itu, dilakukan observasi data awal melalui wawancara dengan kepala ruangan pada bulan Februari 2018 dan diperoleh hasil bahwa jumlah ibu hamil di Puskesmas Pertiwi sebanyak 348 orang pada tahun 2017. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 11 pengetahuan gizi, asupan makan, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara pengetahuan, asupan makan, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Makassar 2018 yang dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2018. Populasi dalam penelitian adalah semua ibu hamil yaitu sebanyak 348 berdasarkan catatan rekam medik di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar tahun 2018. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah 158 ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Makassar dengan cara accidental sampling, yaitu semua ibu hamil yang menderita anemia yang tercantum didalam buku register. Penentuan jumlah sampel berdasarkan pengembangan rumus yang ditemukan oleh Issae dan Newton tahun 1976, besar jumlah sampel dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut Sugiyono, 2014. Pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu data primer yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisi tingkat pengetahuan gizi, asupan makanan, dan konsumsi tablet Fe. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data yang dikumpulkan dari register pasien dengan bantuan ceklist dan rekam medis. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi meliputi pengeditan editing, pengkodean coding, dan entry data. Selanjutnya dilakukan teknik analisis data melalui analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil akhir kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik subjek Karakteristik deskriptif subjek yang dianalisis ditunjukkan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa kelompok umur subjek paling banyak adalah 21-25 tahun dengan persentase 39,9%, umur subjek 31-35 tahun sebanyak 50 dengan persentase 31,6%, dan yang paling sedikit umur 26-30 dengan persentase 28,3%. Pekerjaan subjek yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga Ibu Rumah Tangga dengan persentase 92 orang 58,2%, yang bekerja sebagai Swasta sebanyak 53 orang dengan persentase 33,5 %, dan yang bekerja sebagai PNS sebanyak 13 orang 8,2%. Pendidikan subjek paling banyak adalah 76 orang dengan persentase 48,1%, pendidikan tingkat SMA subjek sebanyak 57 orang 36,1% dan pendidikan Sarjana paling sedikit 25 orang 15,8%. Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 12 Tabel 1. Karakteristik subjek n=158 Umur 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun Pendidikan SMP SMA Sarjana Pengetahuan gizi Cukup Kurang Asupan makanana Cukup Kurang Kepatuhan konsumsi tablet Fe Patuh Tidak Patuh Sumber Data primer, 2018 Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pengetahuan gizi subjek yang kurang sebanyak 98 orang 62,0% sedangkan yang cukup sebanyak 60 38,0% orang. Sementara asupan makanan kurang dan subjek tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe memiliki persentase yang sama yaitu masing-masing sebanyak 90 orang 57,0%, sedangkan subjek yang asupan makanan cukup dan patuh dalam konsumsi tablet Fe masing-masing sebanyak 68 orang 43,0%. Untuk kejadian anemia, subjek anemia paling banyak adalah 118 orang 74,6%, dan responden yang tidak anemia sebanyak 40 orang 25,3%. Hubungan pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil Tabel 2 menunjukkan analisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil yang diperoleh bahwa subjek dengan pengetahuan kurang dan mengalami anemia sebanyak 38 orang 63,3% dan subjek dengan pengetahuan kurang dan tidak mengalami anemia sebanyak 22 orang 36,7%, sedangkan ibu yang pengetahuan cukup dan mengalami anemia sebanyak 80 orang 81,6%, dan subjek dengan pengetahuan cukup dan tidak mengalami anemia sebanyak 18 orang 18,4%. Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 13 Tabel 2. Hubungan pengetahuan gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Sumber Data primer, 2018 Hasil pengujian secara statistik chi-square diperoleh p=0,017. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil p=<0,05. Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia akan berperilaku negatif, sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan cukup akan berperilaku positif dalam hal ini adalah perilaku untuk mencegah atau mengobati anemia. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pengetahuan tentang anemia kepada ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesma Pertiwi terlihat bahwa tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil masih banyak yang termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena pemahaman tentang pengertian anemia, hal-hal yang menyebabkan anemia, tanda dan gejala anemia, hal-hal yang diakibatkan apabila terjadi anemia, maupun tentang perilaku kesehatan untuk mencegah terjadinya anemia masih kurang sehingga masih sulit untuk menghindari terjadinya anemia kehamilan. Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia dapat berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi selama kehamilan yang dikarenakan oleh ketidaktahuannya. Berbeda dengan hasil penelitian dari Siska Lailita Puspita Sari 2011 yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Sejalan dengan penelitian Sri Purwaningsih et al. 2006 di Bantul juga menyatakan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan mengenai anemia yang cukup baik, belum dapat mendorong ibu hamil dalam memilih atau mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi. Sementara BKKBN 2009 menyataan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia. Peningkatan pengetahuan tentang anemia ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan yang berdasarkan karakteristiknya agar materi penyuluhan dapat diterima oleh semua ibu hamil meskipun karakteristiknya berbeda. Misalnya, pemberian penyuluhan pada ibu hamil yang berpendidikan rendah menggunakan cara berbeda dengan penyuluhan yang dilakukan pada ibu hamil yang berpendidikan tinggi. Hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil Tabel 3 menunjukkan analisis hubungan antara asupan makanan dengan anemia pada ibu hamil yang diperoleh bahwa subjek dengan asupan makanan kurang dan mngalami anemia sebanyak 75 orang 83,3% dan subjek dengan asupan makanan kurang dan tidak mengalami anemia sebanyak 15 orang 16,7%, sedangkan subjek yang asupan makanan cukup dan mengalami anemia sebanyak 43 orang 63,2% dan ibu yang asupan makanan cukup dan tidak mengalami anemia sebanyak 25 orang 36,8%. Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 14 Tabel 3. Hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Sumber Data primer, 2018 Hasil pengujian secara statistik chi-square diperoleh p=0,007. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan makanan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil p=<0,05. Asupan makan yang kurang pada ibu hamil dapat dilihat dari segi pengaturan jumlah dan jenis makanan yang belum sesuai dengan gizi seimbang ibu hamil, ibu tidak sarapan pagi, makanan seadanya, makan terlalu sedikit, makan yang mengandung protein hanya sedikit tidak sesuai kebutuhan gizi seimbang, terlalu banyak gula dan minyak, tidak pernah makan makanan cemilan, dan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang cepat saji. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sandrayayuk et al. 2013 yang menunjukkan bahwa ada hubungan asupan makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Puskesmas Tuminting. Hal ini menunjukkan bahwa asupan makan yang kurang saat kehamilan akan menyebabkan asupan protein dan vitamin tidak sesuai dengan kebutuhan, metabolisme tidak seimbang sehingga pembentukan Hb terhambat dan kebutuhan tubuh akan zat gizi baik mikro maupun makro tidak terpenuhi, sehingga akan berakibat pada munculnya berbagai masalah gizi dan anemia saat kehamilan Soetjiningsih, 2007. Sejalan dengan teori menurut Nadeak 2011 asupan makan adalah cara seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang atau lebih dan mempunyai khas untuk satu kelompok tertentu. Wanita sebagai calon ibu harus dimotivasi untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gizi. Karena pada saat masa kehamilan kebutuhan akan kalsium, zat besi, dan asam folat meningkat Manuaba, 2010. Ibu hamil harus tahu dan mampu menerapkan asupan makan sehat. Selama masa hamil atau menyusui ibu harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan bergizi ini untuk memenuhi kebutuhan janin dan meningkatkan produksi ASI Soetjiningsih, 2012. Hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil Tabel 4 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh bahwa subjek yang tidak patuh konsumsi tablet Fe dan mengalami anemia sebanyak 43 orang 63,2% dan subjek yang tidak patuh konsumsi tablet Fe dan tidak mengalami anemia sebanyak 25 orang 36,8%, sedangkan subjek yang patuh konsumsi tablet Fe dan mengalami anemia sebanyak 15 orang 16,7% dan subjek yang patuh konsumsi tablet Fe dan tidak mengalami anemia sebanyak 75 orang 83,3%. Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 15 Tabel 4. Hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Sumber Data primer, 2018 Hasil pengujian secara statistik chi-square diperoleh p=0,000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil p=<0,007. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmawati et al. 2008 menunjukkan bahwa kepatuhan ibu dalam mengonsumsi zat besi dipengaruhi oleh tersedianya tablet Fe di tempat pelayanan kesehatan, meskipun untuk mendapatkannya perlu mengeluarkan biaya yang tinggi. Kepatuhan ibu dalam mengkosumsi tablet Fe juga bisa dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang tablet Fe itu sendiri. Jika, ibu mengerti tentang manfaat tablet Fe itu sendiri, maka ibu akan patuh dalam mengkosumsinya. Hidayah dan Anasari 2012 menyatakan bahwa kepatuhan mengkonsumsi tablet besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi, waktu mengkonsumsi. Menurut Wiknjosastro 1997 kepatuhan konsumsi tablet besi adalah apabila ibu hamil mengkonsumsi ≥ 90% dari tablet besi yang seharusnya. Hasil dari penelitian ini juga sesuai dengan hipotesis yang disusun dalam penelitian Hidayah dan Anasari 2012 yaitu ada hubungan antara kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Kejadian anemia pada ibu hamil trimester III dapat dihindari dengan patuh mengkonsumsi tablet Fe sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, selain itu juga bisa didukung dengan pemenuhan nutrisi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi dan juga menghindari faktor-faktor yang dapat menjadikan resiko ibu hamil untuk terkena anemia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian obeservasi langsung melalui kuesioner di Puskesmas Pertiwi bahwa masih banyak terdapat responden yang tidak mengkonsumsi tablet Fe mulai awal kehamilan bahkan ada responden yang usia kandungan sudah hampir mencapai 9 bulan tetapi dia tidak mengkonsumsi tablet Fe. KESIMPULAN Ada hubungan tingkat pengetahuan gizi, asupan makanan, dan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Makassar. Oleh karena itu, program pemberian penyuluhan kepada ibu hamil sebaiknya dilakukan dengan strategi yang berbeda antara masyarakat yang berpengetahuan cukup dan kurang agar ibu hamil lebih mudah memahami anemia yang pada akhirnya dapat menurunkan kejadian anemia. Selain itu, pentingya penyuluhan pada ibu hamil baik di Puskesmas Pertiwi maupun di lapangan Posyandu tentang makanan yang banyak mengandung kaya akan zat besi seperti daun kelor sebab daun kelor mengandung asam folat, besi, kalium, vitamin C, vitamin B kompleks, kalsium dan Zink yang baik untuk ibu hamil Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 16 dan janin di kandungannya. Kepatuhan dan tata cara minum tablet Fe juga perlu ditingkatkan sebagai penanggulangan anemia ibu hamil selama kehamilan. DAFTAR PUSTAKA Assis Z, Aleem M, Enawgaw B. 2014. Prevalence of anemia and associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in azezo health Gondar Town, Northwest Ethiopia. Ankara J Interdiscipl Histopathol. Bobak, L. 2005. Keperawatan maternitas, Edisi 4. Jakarta EGC. BKKBN 2009. Pedoman pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakat. Jakarta BKKBN. Cunninggham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. 2013. Obstetri Williams. Jakarta EGC. Farsi Y, Brooks D, Werler M, Cabral H, Al-Shafei M, Wallenbrurg H. 2011. Effect of high parity on accurrence of anemia in pregnancy a cohort study. BMC Pregnancy and Children. 117. Hastuti I, 1996, Pengaruh tingkat pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan ibu terhadap pola konsumsi makanan balita kelompok Posyandu Dusun Kepitu Desa Trimulyo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman, IKIP Negeri Yogyakarta Hidayah W, Anasari. 2012. Hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Bidan Prada. 32. Hidayat AAA. 2017. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data, Jakarta Salemba Medika Kemenkes RI. 2007. Riset kesehatan dasar 2007. In Indonesia KKR, editor. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2007. Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar 2013 In Indonesia KKR, editor. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013. Manuaba. 2002. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta EGC Manuaba, IBG. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2. Jakarta EGC Nadeak M. 2011. Gambaran pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga Di Kelurahan Pekan Dolok Marsihul Tahun 2011. [Skripsi]. USU. Naibaho. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kec. Habinsaran Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011. [Skripsi]. Medan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Popa AD, Nita O, Graur LI, Popescu RM, Bornariu CE. 2013. Nutritional knowledge as a determinant of vitamin and mineral supplementation during pregnancy. BMC Public Health. 131105 10 Prawirohardjo S, Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka. Puskesmas Pertiwi. 2017. Profil kesehatan Puskesmas Pertiwi tahun 2017. Makassar Puskesmas Pertiwi. Rahmawati D, Mursiyam, Sejati W. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 17 ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi di Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Bayumas Purwokerto. The soedirman jurnal of nursing. Universitas Jendral Soedirman. Vol. 3. Ridayanti. 2012. Hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia pada kehamilannya di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul. Jurnal Sandrayayuk M, Benny W, Jolie S. 2013 Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado. Ejournal Keperawatan. Saribu. 2006. Anemia dalam kehamilan dan penanggulangannya. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Siska Lailita Puspita Sari. 2011. Faktor yang berpengaruh dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia di Bidan Praktek Swasta Yohana Triani Bandarharjo Kota Semarang. Jurnal KTI. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh kembang anak. Surabaya Penerbit Buku Kedokteran. Soetjiningsih. 2012. Perkembangan anak dan permasalahannya dalam buku ajar 1 ilmu perkembangan anak dan remaja. Jakarta Sagungseto. Pp 86-90. Sri Purwaningsih, Marlia, Akhmadi. 2006. Analisis faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe. JIK. 12. Sugiyono. 2014. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta Sumarno I, S Latinulu, E Saraswati. 1997. Pola konsumsi makanan rumah tangga Indonesia. Gizi Indonesia. 221 39-61 WHO [World Health Organization]. 2012. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anemia and assessment of severity vitamin and mineral nutrition information system. Winkjosatro H. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta Yayasan Bina Pustaka. ... 11,12 Selama masa kehamilan, ibu hamil rentan mengalami defisiensi besi karena kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga akan memicu peningkatan produksi eritropoetin. 13,14,15 Suplemen Fe yang diminum secara rutin selama masa kehamilan merupakan praktik untuk mencegah defisiensi besi dan anemia. Terdapat banyak studi penelitian yang menyebutkan bahwa kepatuhan minum suplemen zat besi pada wanita hamil berhubungan positif dengan kejadian anemia. ...Widia Zahra Iflan NauvalTgk Puspa DewiMarisa MarisaAbstrak Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi di dunia. Selama masa kehamilan, semua ibu hamil harus mengkonsumsi minimal 90 tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia selama masa kehamilan. Ibu hamil juga mengalami peningkatan kebutuhan nutrisi untuk ibu dan janin karena status gizi yang baik akan menghindarkan terjadinya anemia pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelengkapan konsumsi fe dan status gizi terhadap kejadian anemia di kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, menggunakan data primer berupa kuisioner dan data sekunder rekam medis buku KIA Puskesmas. Total sampel pada penelitian ini yaitu 87 orang yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi di Puskesmas Kopelma Darussalam, Puskesmas Lampaseh Kota dan Puskesmas Lampulo sejak 6 desember 2021 – 10 januari 2022. Pengolahan data menggunakan analisis univariate dan bivariate dengan uji korelasi spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu hamil yang tidak anemia 62,1% dan ibu hamil anemia 37,9% sedangkan ibu hamil non KEK 86,2% dan ibu hamil KEK 13,8%. Pada uji korelasi spearman didepatkan nilai p value 0,011 p 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kelengkapan dalam mengkonsumsi Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kota Banda Aceh dan didapatkan nilai p value 0,00 p 0,05 artinya terdapat hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kota Banda Aceh. Kata kunci Anemia, Status Gizi, Tablet Fe Abstract Anemia is one of the most common health problems in the world. During pregnancy, all pregnant women must consume at least 90 Fe tablets to prevent anemia during pregnancy. Pregnant women also experience increased nutritional needs for mother and fetus because good nutritional status will prevent anemia in pregnant women. This study aims to determine the relationship between completeness of iron consumption and nutritional status on the incidence of anemia in the city of Banda Aceh. This study used an observational analytic method with a cross sectional approach, using primary data in the form of questionnaires and secondary data from medical records from the MCH Health Center book. The total sample in this study was 87 people who met the inclusion and exclusion criteria at the Kopelma Darussalam Health Center, Lampaseh City Health Center and Lampulo Health Center from 6 December 2021 to 10 January 2022. Data processing used univariate and bivariate analysis with the Spearman correlation test. The results of this study indicate that pregnant women who are not anemic and pregnant women are anemic while pregnant women are non- CED and pregnant women are CED In the Spearman correlation test, a p value of p was found, meaning that there was a significant relationship between completeness in consuming Fe and the incidence of anemia in pregnant women in Banda Aceh City and a p value of p was obtained. It means that there is a relationship between nutritional status and the incidence of anemia in pregnant women in Banda Aceh anemia, Fe tablets, nutritional statusPendidikan merupakan hal fundamental untuk membangun bangsa. Melalui pendidikan terjadi suatu proses transformasi nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Karena itu, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sistem pendidikan yang dianut. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari upaya mencari format dan sistem pendidikan yang tepat sesuai dengan potensi wilayah dan budaya bangsa sendiri. Keinginan kuat untuk sejajar dengan negara maju lainnya, terus diupayakan, namun dengan tetap mempertahankan jatidiri bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Namun dalam proses perjalanan yang cukup panjang, ternyata bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah dan konflik sehingga keinginan untuk maju dengan berlandaskan jatidiri bangsa sendiri belum dapat tercapai, bahkan cenderung sebaliknya, sudah tidak mencapai kemajuan yang berarti, diiringi pula oleh krisis moral yang sudah berada pada titik yang cukup is a critical period for both woman and baby from a nutritional perspective. Nutritional education is considered an important tool for promoting a healthy lifestyle, but has not been studied as a determinant for maternal use of supplements during pregnancy, especially in Romania, where evidence about pregnancy and nutrition is scarce. This study aimed to evaluate the relationship between nutritional knowledge and the use of folic acid, iron and multivitamin supplements during pregnancy and to assess the influence of socio-demographic factors and prenatal care. We conducted a cross-sectional study on a sample of 400 pregnant women admitted to the Cuza-Voda Obstetrics and Gynaecology Clinical Hospital in Iasi, Romania, during August-September 2010. We collected self-reported data regarding socio-demographic characteristics, number of prenatal check-ups and the use of folic acid, iron and multivitamin supplements during pregnancy. We assessed nutritional knowledge using a standardized questionnaire divided into three sections general nutritional recommendations for pregnant women; the roles of nutrients; and sources of nutrients. We used logistic regression to analyse the associations between these factors. The prevalence of the use of supplements during pregnancy was 48% for folic acid, for iron and 68% for multivitamins. Above-average nutritional knowledge was independently associated with the use of folic acid aOR, 95% CI, iron aOR, 95% CI, and multivitamins aOR, 95% CI, The use of folic acid was independently associated with a higher level of formal education aOR, 95% CI, and an early start in prenatal care aOR, 95% CI, Women with a higher education aOR, 95% CI, more than 10 prenatal visits aOR, 95% CI, and those who received advice on breastfeeding aOR, 95% CI, were more likely to use iron during pregnancy. Similar results were found when analysing the contributing factors for the use of multivitamins more than 12 years of schooling aOR, 95% CI, and appropriate prenatal care aOR, 95% CI, Level of nutritional knowledge has a strong independent association with the use of supplements during pregnancy. Yahya Al-FarsiDaniel R BrooksMartha M. WerlerHenk C WallenburgStudies that explore the controversial association between parity and anaemia-in-pregnancy AIP were often hampered by not distinguishing incident cases caused by pregnancy from prevalent cases complicated by pregnancy. The authors' aim in conducting this study was to overcome this methodological concern. A retrospective cohort study was conducted in Oman on 1939 pregnancies among 479 parous female participants with available pregnancy records in a community trial. We collected information from participants, the community trial, and health records of each pregnancy. Throughout the follow-up period, we enumerated 684 AIP cases of which 289 were incident cases. High parity HP, ≥ 5 pregnancies accounted for of total pregnancies. Two sets of regression analyses were conducted the first restricted to incident cases only, and the second inclusive of all cases. The relation with parity as a dichotomy and as multiple categories was examined for each set; multi-level logistic regression MLLR was employed to produce adjusted models. In the fully adjusted MLLR models that were restricted to incident cases, women with HP pregnancies had a higher risk of AIP compared to those who had had fewer pregnancies Risk Ratio, RR = 95% CI the AIP risk increased in a dose-response fashion over multiple categories of parity. In the fully adjusted MLLR models that included all cases, the association disappeared RR = 95% CI and the dose-response pattern flattened. This study shows the importance of specifying which cases of AIP are incident and provides supportive evidence for a causal relation between parity and occurrence of incidental GozaliPola makan merupakan berbagai infromasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh satu orang. Pola makan yang kurang baik menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia pada masa kehamilan karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi. Anemia pada ibu hamil akan mengakibatkan peningkatan risiko pendarahan pada saat persalinan dan berat badan bayi lahir rendah. Pada penelitian ini menganalisa tentang hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel dependen pada penelitian ini adalah pola makan, sedangkan variabel independennya yaitu anemia pada ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan pemeriksaan Hb haemoglobin ibu hamil menggunakan meode sahli. Analisa data menggunakan uji statistik korelasi pearson product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagain besar 17 68% responden mengalami anemia ringan dan 11 44% responden memiliki pola makan yang cukup. Pola makan pada ibu hamil berhubungan bermakna dengan kejadian anemia p<0,05. Hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia kuat, dengan intrepretasi semakin kurang pola makan ibu hamil maka kejadian anemia semakin tinggi. Ibu hamil diharapkan memiliki pola makan yang baik sesuai jumlah kebutuhan pada masa kehamilanPrevalence of anemia and associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in azezo health Gondar TownZ AssisM AleemB EnawgawAssis Z, Aleem M, Enawgaw B. 2014. Prevalence of anemia and associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in azezo health Gondar Town, Northwest Ethiopia. Ankara J Interdiscipl pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakatL BobakBobak, L. 2005. Keperawatan maternitas, Edisi 4. Jakarta EGC. BKKBN 2009. Pedoman pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakat. Jakarta penelitian kebidanan dan teknik analisis dataAaa HidayatHidayat AAA. 2017. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data, Jakarta Salemba MedikaJakarta Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanR I KemenkesKemenkes RI. 2007. Riset kesehatan dasar 2007. In Indonesia KKR, editor. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidanManuabaManuaba. 2002. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta EGCIlmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2Ibg ManuabaManuaba, IBG. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2. Jakarta EGC Nadeak M. 2011. Gambaran pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga Di Kelurahan Pekan Dolok Marsihul Tahun 2011. [Skripsi]. 21.1 Definisi anemia dalam kehamilan 7 2.1.2 Jenis anemia dalam kehamilan 9 2.1.3 Penyebab anemia dalam kehamilan 12 2.1.4 Gejala anemia pada kehamilan 15 2.1.5 Derajat anemia pada kehamilan 16 2.1.6 Pengaruh anemia pada kehamilan 17 2.1.7 Pencegahan dan penanganan anemia pada . ibu hamil 18 2.2 Perdarahan Post Partum 20
100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesMakalah Anemia Pada Ibu HamilJump to Page You are on page 1of 21 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 15 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 19 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
BABV. PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan asuhan kebidanan yang diberikan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengkajian pada asuhan kebidanan ibu hamil dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan cara anamnesa, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan umum dan fisik. 2. BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit sickle cell trait dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain misalnya, preeklampsia dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi Arias, 1993. Dua puluh persen 20% sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah asuhan Keperawatan untuk pasien anemia serta konsep penyakit anemia pada ibu Hamil. 1 TUJUAN Tujuan Umum Untuk memahami dan mempelajari mengenai asuhan keperawatan untuk pasian anemia pada ibu hamil. Tujuan Khusus Untuk dapat mengaplikasikan bagaimana asuhan keperwatan yang benar pada pasien Anemia khususnya pada ibu hamil. METEDOLOGI PENULISAN Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literature di internet,jurnal,dan buku. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin Hb, hematokrit atau hitung eritrosit red cell count berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Sudoyo Aru,dkk 2009 Anemia Pada kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gr% Wiknjosastro, 2002. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II Saifuddin, 2002. Center for deases control and preventionCDC mendefenisikan anemia pada kehamilan sebagai kadar hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 d/dL pada trimester keduaLeveno,2009. Berdasarkan WHO, anemia pada ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%manuaba, 2007. Dapat disimpulkan bahwa anemia pada kehamilan adalah penurunan kadar sel darah merah Hb dibawah rentang normal,Anemia diindikasikan bila hemoglobin Hb kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil. ETIOLOGI 3 Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi Safuddin, 2002. Menurut Mochtar 1998 penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut 1. Kurang gizi malnutrisi 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lainlain KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar 1998, adalah sebagai berikut 1. Anemia Defisiensi Zat Besi anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia Saifuddin, 2002. b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua Wiknjosastro, 2002. Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg 20 mg intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% Manuaba, 2001. Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan 4 minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut 1 Hb 11 gr% Tidak anemia 2 Hb 9-10 gr% Anemia ringan 3 Hb 7 – 8 gr% Anemia sedang 4 Hb < 7 gr% Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil Manuaba, 2001. 2. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya a. Asam folik 15 – 30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik 5 Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis destruksi pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah disolusi terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah hemolisis segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin Hb dan sel darah merah eritrosit. Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ pentin 6 MANIFESTASI KLINIS ANEMIAPADA IBU HAMIL Tanda dan Gejala anemia pada kehamilan yaitu 1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk 2. Pusing atau kelemahan 3. Sakit kepala 4. Lesi pada mulut dan lidah 5. Aneroksia,mual, atau muntah 6. Kulit pucat 7. Mukosa membrane atau konjung tiva pucat 8. Dasar kuku pucat 9. Takikardi PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN 1. Jumlah darah lengkap JDL hemoglobin dan hemalokrit menurun 2. Jumlah eritrosit menurun AP, menurun berat aplastik; MCV molume korpuskular rerata dan MCH hemoglobin korpuskular rerata menurun dan 7 mikrositik dengan eritrosit hipokronik DB, peningkatan AP. Pansitopenia 3. aplastik. Jumlah retikulosit bervariasi, misal menurun AP, meningkat respons 4. sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis. Pewarna sel darah merah mendeteksi perubahan warna dan bentuk dapat 5. mengindikasikan tipe khusus anemia. LED Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal 6. peningkatan kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup 7. lebih kerapuhan eritrosit menurun DB. SDP jumlah sel total sama dengan sel darah merah diferensial mungkin meningkat hemolitik atau menurun aplastik. Jumlah trombosit menurun caplastik; meningkat DB; normal atau tinggi 8. hemolitik Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum tak terkonjugasi meningkat AP, hemolitik. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum tak ada DB; tinggi hemolitik TBC serum meningkat DB Feritin serum meningkat DB Masa perdarahan memanjang aplastik LDH serum menurun DB Tes schilling penurunan eksresi vitamin B12 urine AP Guaiak mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis DB. 16. Analisa gaster penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas AP. 17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal peningkatan megaloblas AP, lemak sumsum dengan penurunan sel darah aplastik. 18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik memeriksa sisi perdarahan perdarahan GI Doenges, 1999. 8 PENATALAKSANAAN MEDIS Tindakan umum 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa pemberian vitamin B12 3. Anemia asam folat asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah. AKIBAT LANJUTAN Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami 1. 2. 3. 4. 5. Keguguran. Lahir sebelum waktunya Berat Badan Lahir Rendah BBLR. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan. Dapat menimbulkan kematian. 9 10 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh Boedihartono, 1994. Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem reproduksi sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya komplikasi pada penderita. Pengkajian keperawatan anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial. 1. Identitas Klien dan keluarga penanggung jawab a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zatbesi wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil. d. Pekerjaan Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit. e. Hubungan klien dengan penanggung jawab f. agama g. Suku bangsa h. Status perkawinan i. Alamat j. Golongan darah 2. Keluhan Utama keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunangkunang. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi. Ignatavicius, Donna D, 1995. 4. Riwayat Penyakit Dahulu 11 Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia. tulang 5. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik Ignatavicius, Donna D, 1995. 6. Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat Ignatavicius, Donna D, 1995 7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual Pengkajian pasien dengan anemia Doenges, 1999 meliputi a. Aktivitas / istirahat Gejala keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. b. Sirkulasi Gejala riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat DB, angina, CHF akibat kerja jantung berlebihan. Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi takikardia kompensasi. Tanda TD peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung murmur sistolik DB. Ekstremitas warna pucat pada kulit dan membrane mukosa konjuntiva, mulut, faring, bibir dan dasar kuku. catatan pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan. Kulit seperti berlilin, pucat aplastik, AP atau kuning lemon terang AP. Sklera biru atau putih seperti mutiara DB. Pengisian kapiler melambat penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok 12 koilonikia DB. Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara c. premature AP. Integritas ego Gejala keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda depresi. d. Eleminasi Gejala riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi DB. Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda distensi abdomen. e. Makanan/cairan Gejala penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi DB. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ulkus pada faring. Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya DB. Tanda lidah tampak merah daging/halus AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12. Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas DB. Stomatitis dan glositis status defisiensi. Bibir selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. DB. f. Neurosensori Gejala sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki AP ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik hemoragis retina aplastik, AP. Epitaksis perdarahan dari lubang-lubang aplastik. Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis AP. g. Nyeri/kenyamanan Gejala nyeri abdomen samara sakit kepala DB h. Pernapasan Gejala riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda takipnea, ortopnea, dan dispnea. i. Keamanan 13 Gejala riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. j. Ptekie dan ekimosis aplastik. Seksualitas Gejala perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore DB. Hilang libido pria dan wanita. Imppoten. Tanda serviks dan dinding vagina pucat. 8. Pemeriksaan Fisik a. Gambaran Umum Perlu menyebutkan 1 Kesadaran penderita apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. 2 BB sebelum sakit 3 BB saat ini 4 BB ideal 5 Status gizi 6 Status Hidrasi 7 Tanda-tanda vitalTD,Nadi,Suhu dan RR b. Pmeriksaan head toe toe 1 KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak adapenonjolan, tidak ada nyeri kepala. 2 Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada. 3 MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema. 4 MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis karena tidak terjadi perdarahan 5 TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. 6 Hidungtak ada pernafasan cuping hidung. 7 Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. 8 ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris. 9 Paru Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama. 14 Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya. Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi. 10 Jantung Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung. Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur. 11 Abdomen Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba. Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi ; Peristaltik usus normal  20 kali/menit. 12 Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB. 13 Ekstremitas ; 9. Pemeriksaan Diagnostik a. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal. b. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia. c. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia. d. Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia. e. Tes darah termasuk berarti sel volume MCV dan lebar distribusi sel darah merah RDW. f. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal. g. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini. h. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia. 15 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat mis penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tujuan/Kriteria hasil Melaporkan peningkatan toleransi aktivitastermasuk aktivitas sehari-hari. Intervensi 1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal. 2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot. 3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas. 4. Berikan lingkungan tenang 5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. 6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi. Rasional 1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan 2. Menunjukkan perubahan neurologi karena B12mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera. 3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung defesiensi dan paru vitamin untuk membawajumlah oksigen adekuat ke jaringan. 4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. 5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera. 16 6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan. Dx2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan. Tujuan/Kriteria hasil Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. Intervensi 1. 2. 3. 4. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan pasien. Timbang berat badan tiap hari. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan. 5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan. 6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka. 7. Kolaborasi obat sesuai indikasi, dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin vitamin B12, asam folat Flovite; asam askorbat vitamin C, 2. Besi dextran IM/IV. Rasional 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia hipoksia pada organ. 6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. 7. Kolaborasi 17 penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi. 2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif. Dx3 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat mis penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi. Tujuan/Kriteria hasil Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka. Tingkatkan masukan cairan adekuat. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam Kolaborasi berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik. Rasional 1. Mencegah kontaminasi silang. 2. Menurunkan resiko infeksi bakteri. 3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh. 4. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. 5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local. Dx4 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang. Tujuan/Kriteria hasil Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul. Monitor adanya paretase Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi Gunakan sarung tangan untuk proteksi Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung Kolaborasi pemberian analgetik 18 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gr% Wiknjosastro, 2002. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada 19 trimester II Saifuddin, 2002. Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah Hb dibawah rentang normal, Anemia diindikasikan bila hemoglobin Hb kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil. 20 DAFTAR PUSTAKA Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta EGC M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta EGC Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA. Prawirohardjo, Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Bina Pustaka. Doenges, Marilynn E, Asuhan Keperawatan 21 dtYifR. 122 231 115 126 416 7 9 80 112

makalah anemia pada ibu hamil